Cagub Kaltim Sepatutnya Jawab Kritik Publik dengan Elegan, Bukan Bermain di Ranah Playing Victim

Vitrianda Hilba Siregar
Menjadi sosok pemimpin yang mumpuni dan merangkul banyak pihak mudah diucapkan tapi sangat sulit diterapkan. Foto: Dok

Kritikan ini ditambah oleh penggunaan hasil survei dari berbagai lembaga yang kurang dikenal, yang dianggap sejumlah pihak sebagai cara untuk menggiring opini publik dalam mendukung pencalonannya. 

Sebagian masyarakat menilai survei-survei tersebut lebih digunakan sebagai alat untuk memoles popularitas daripada mencerminkan hasil evaluasi nyata dari kinerja dan penerimaan publik.

Namun, alih-alih menjawab kritik secara terbuka, Rudy justru memilih langkah yang dianggap sebagian kalangan sebagai respons defensif, yakni melaporkan pengkritiknya kepada pihak kepolisian dan Bawaslu

Ketua Padepokan Hukum Indonesia (PHI), Musyanto, menyayangkan reaksi yang diberikan Rudy Mas'ud pada para pengkritiknya.

Padahal dalam pandangan masyarakat, pelaporan terhadap aktivis bisa jadi akan dianggap sebagai sinyal lemahnya respons terhadap kritik, di mana hal ini juga memberi kesan bahwa kritik publik tidak diterima sebagai masukan konstruktif.

Menyusul langkah hukum ini, strategi "playing victim" yang dilakukan Rudy dalam upaya menghadapi kritik turut memancing pandangan skeptis. Rudy Mas'ud berusaha mencitrakan kalau dirinya korban dari serangan-serangan.

"Strategi ini kurang relevan untuk masyarakat Kaltim yang dianggap telah memiliki kecerdasan dan kedewasaan politik yang tinggi," kata Musyanto.

Lebih lanjut Musyanto menyarankan agar Rudy Mas'ud untuk mampu bersikap terbuka dan menerima kritik dengan bijaksana, alih-alih mengasumsikan peran korban dari kritik yang dilontarkan publik.

Dalam iklim politik Kaltim, sikap defensif dan reaktif terhadap kritik publik dianggap kontraproduktif. Pakar politik lokal mengungkapkan bahwa masyarakat Kaltim umumnya menghargai transparansi dan ketulusan dari para calon pemimpin mereka. 

Jika seorang calon dianggap berupaya menggiring opini dengan janji-janji berlebihan atau bermain dalam skenario "victim", upaya tersebut dinilai justru bisa mengurangi kredibilitas calon di mata pemilih. 

"Respons yang tepat terhadap kritik adalah dengan berdialog dan menunjukkan kesiapan untuk berbenah," katanya.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network