Kawasan Tinggiran menurut Helma memang seringkali air tidak mengalir. Bulan ini saja misalnya sudah tiga kali air tidak mengalir.
"Kalau tidak ada air bersih, air ambil di parit. Sebenarnya parit itu airnya dari polder dan itu dipakai buat basuh-basuh di WC saja," Helma menerangkan.
"Air ini biarpun tidak mengalir tetap bayar. Kalau tidak bayar, nanti dicabut orang (Perumdam Tirta Kencana). Mudah-mudahan semakin baik lah pelayanan air bersih ini. Tidak sering mati-mati lagi," harap Helma.
Warga lainnya di RT 38, Muhammad Isnaini mengatakan tidak ada pemberitahuan Perumdam Tirta Kencana akan menghentikan distribusi air bersih.
"Kalau ada pemberitahuan, warga itu bisa persiapan dulu. Ini tidak ada persiapan, langsung mati dari hari Jumat," kata Isnaini.
Air di parit yang bersumber dari aliran buangan Polder Air Putih jadi andalan warga, sekadar menggunakannya di antaranya untuk buang air besar (BAB) di rumah.
"Air di sini dipakai mandi kalau malam, ini air dari Polder. Kalau mau BAB sulit tidak ada air. Bantuan tangki PDAM tidak ada," kata Isnaini menunjuk ke arah parit sebagai sumber air warga untuk BAB.
Yang memprihatinkan, tidak banyak warga yang memiliki tandon untuk menampung air. Di mana harga satu tandon berisi 1.200 liter air seharga Rp 100 ribu. Namun di sebagian warga lainnya harga satu tandon hingga Rp 200 ribu, sehingga mengurungkan niatan warga membeli air tandon.
"Jadi, air seadanya saja dari sini (parit) utamanya untuk MCK saja. Kalau untuk air minum, beli dari air galon. Pengeluaran pastinya bertambah.
Editor : Maskaryadiansyah
Artikel Terkait